Senin, 15 Juni 2015

Esai "Pak Imut Guru yang Menginspirasi"

Nama  : ST. LUSI SUSWANTI
NIM    : 1113015000009
Kelas   : 4B/Pendidikan IPS/ UAS Psikologi Pendidikan

Pak Imut; Guru yang Menginspirasi
Oleh: St. Lusi Suswanti

Salah satu profesi yang menantang sekaligus membanggakan adalah profesi guru atau pendidik. Di mana seorang pendidik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan di suatu negara. Menurut J.E.C. Gericke dan T.Roorda yang kemudian di kutip oleh Ir. Poedjawijatna, bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya besar, benar, penting, baik sekali, terhormat dan juga diartikan pengajar. Dalam bahasa Jawa terdapat istilah Kerata Basa atau akronim jika dalam bahasa Indonesia. Nah, Guru menurut kerata basa berasal dari dua suku kata yaitu “Gu” yang artinya digugu (dianut) dan “ru” yang berarti ditiru (dijadikan teladan). “Guru niku digugu lan ditiru”, begitulah kata orang Jawa. Berbicara tentang guru, sudah berapa guru yang mengajar Anda dari tingkat yang paling bawah sampai sekarang? Salah satu dari mereka boleh jadi menjadi sosok inspiratif bagi Anda.
Ini tentang saya dan guru inspiratif dalam hidup saya. Tiga tahun yang lalu-tahun 2012 tepatnya. Setelah libur panjang kenaikan kelas, saya kembali berangkat sekolah seperti biasanya. Minggu pertama, ketika itu saya duduk didalam kelas XI IPS 5 di sebuah Madrasah Aliyah Negeri di Kab. Tegal, deret kedua di baris kedua pula. Setelah bel berbunyi seorang guru laki-laki masuk ke ruang kelas dengan hanya membawa satu spidol warna hitam dan satu spidol warna biru serta daftar hadir siswa, tanpa membawa buku atau bahan ajar lainnya. Guru laki-laki ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dengan tinggi badan kurang lebih 160 cm dan berat badan berkisar 50 kg-60 kg. Memiliki warna kulit sawo matang, kumis tipis, kerutan di beberapa bagian wajah, terutama di ujung kanan dan kiri mata ketika beliau tersenyum, serta parasnya yang menenduhkan jiwa memberikan kesan kharismatik yang luar biasa. Ditambah lagi rambut tipis yang mulai memutih. Secara keseluruhan penampilannya ini tergolong rapi.
Dengan gaya berjalannya yang seperti orang terburu-buru-padahal tidak, beliau memasuki kelas mengucap salam dengan nada umumnya orang-orang masuk ruangan atau masuk ke rumah, tidak seperti guru yang akan mengajar di kelas. Kemudian beliau meletakkan daftar hadir di meja guru dan langsung menulis di papan tulis tanpa duduk terlebih dahulu. Anda tahu apa yang guru saya ini tulis? Beliau menulis materi bab pertama mata pelajaran Ekonomi di kelas XI. Setelah selesai, beliau menjelaskan materi tersebut dengan lugas dan jelas walapun suaranya agak pelan. Anak-anak di kelas diam, mendengarkan dengan seksama. Setelah selesai menjelaskan, beliau berinteraksi dengan murid nya seperti guru pada umumya. Kemudian memeriksa kehadiran dan keluar kelas, mengucap salam dengan nada dan intonasi yang sama ketika  masuk ke kelas. Kesan pertama yang unik bukan? Ternyata beliau adalah guru mata pelajaran Ekonomi dan Akuntasi. Beliau ini yang dipanggil “Pak Imut” oleh kakak – kakak kelas, pak Nuryanto namanya. Usia beliau saat itu 51 tahun. Beliau juga merupakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum kala itu.
Ketika mengajar, beliau selalu memastikan apakah setiap peserta didik memahami materi yang disampaikan atau tidak. Beliau menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak didik seusia saya waktu itu. Ketika mata pelajaran Akuntansi, beliau memperbanyak latihan soal dan diulang-ulang dengan model soal yang berbeda-beda, kemudian diperiksa satu persatu jawaban dari masing-masing muridnya. Sehingga anak didiknya merasa diperhatikan dan nyaman berada di kelas, apalagi dengan bahasa beliau yang komunikatif  dan akrab sekali. Beliau juga sering memberikan rumus-rumus cara cepat agar anak didiknya mudah menghafal dan memahami materi yang disampaikan.
Pak Imut ini di mata saya adalah sosok guru yang kompeten. Beliau memiliki kepribadian yang baik, ramah, murah senyum dan sederhana. Ketika ada anak didik yang melanggar aturan, beliau menanggapinya secara tegas. Selain beliau menguasai mata pelajaran yang beliau ajarkan, beliau merupakan sosok guru yang religius. Di luar kelas, beliau sosok yang mencintai lingkungan. Beliau sadar akan pentignya kebersihan lingkungan. Pernah suatu saat saya melihat beliau menyapu di depan ruang kelas. Beliau juga tidak segan untuk memungut sampah yang berserakan dan dibuang ke tong sampah. Walaupun jabatan beliau saat iru adalah Wakil Kepala Sekolah, namun beliau tetap mau membaur dengan murid-muridnya. Di luar kelas tak jarang beliau menjadi tempat curhat bagi murid-muridnya, baik laki-laki maupun perempuan. Beliau menjadi guru, ayah dan sahabat bagi murid-muridnya.
Yang membuat saya terinspirasi lagi adalah beliau selalu memberikan nilai – nilai religi di setiap pertemuan. Tidak banyak guru yang menyelipkan nilai – nilai agama ketika mengajar.  Beliau selalu mengingatkan kepada anak didiknya dalam hal ibadah. Bahkan setiap pukul 03.00 wib, setiap hari beliau menyempatkan waktu membangunkan hampir semua anak didik yang beliau ajar via sms untuk sholat malam sampai sekarang. Hal ini juga beliau lakukan kepada anak didik beliau yang sudah lulus. Sampai sekarang komunikasi saya dengan beliau  tetap terjaga. “Guru, digugu lan ditiru”, kalimat ini cocok sekali menggambarkan sosok Pak Imut, guru inspiratif dalam kehidupan saya.


Referensi :
(judul artikel “Pengertian Guru menurut Bahasa dan Istilah”)
iwanmuljono.blogspot.com/2012/06/memahami-kerata-basa.html?=1

(judul artikel “Memahami Kerata Basa”) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar