Nama : ST. LUSI SUSWANTI
NIM : 1113015000009
Kelas : 4B/Pendidikan IPS/
UAS Psikologi Pendidikan
Pak
Imut; Guru yang Menginspirasi
Oleh: St. Lusi
Suswanti
Salah
satu profesi yang menantang sekaligus membanggakan adalah profesi guru atau
pendidik. Di mana seorang pendidik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan di suatu negara. Menurut J.E.C. Gericke dan T.Roorda
yang kemudian di kutip oleh Ir. Poedjawijatna, bahwa guru berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya besar, benar, penting, baik sekali, terhormat dan juga
diartikan pengajar. Dalam bahasa Jawa terdapat istilah Kerata Basa atau akronim
jika dalam bahasa Indonesia. Nah, Guru menurut kerata basa berasal dari dua
suku kata yaitu “Gu” yang artinya digugu (dianut) dan “ru” yang berarti ditiru
(dijadikan teladan). “Guru niku digugu lan ditiru”, begitulah kata orang Jawa.
Berbicara tentang guru, sudah berapa guru yang mengajar Anda dari tingkat yang
paling bawah sampai sekarang? Salah satu dari mereka boleh jadi menjadi sosok
inspiratif bagi Anda.
Ini
tentang saya dan guru inspiratif dalam hidup saya. Tiga tahun yang lalu-tahun
2012 tepatnya. Setelah libur panjang kenaikan kelas, saya kembali berangkat
sekolah seperti biasanya. Minggu pertama, ketika itu saya duduk didalam kelas
XI IPS 5 di sebuah Madrasah Aliyah Negeri di Kab. Tegal, deret kedua di baris
kedua pula. Setelah bel berbunyi seorang guru laki-laki masuk ke ruang kelas
dengan hanya membawa satu spidol warna hitam dan satu spidol warna biru serta
daftar hadir siswa, tanpa membawa buku atau bahan ajar lainnya. Guru laki-laki
ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dengan tinggi badan kurang lebih
160 cm dan berat badan berkisar 50 kg-60 kg. Memiliki warna kulit sawo matang,
kumis tipis, kerutan di beberapa bagian wajah, terutama di ujung kanan dan kiri
mata ketika beliau tersenyum, serta parasnya yang menenduhkan jiwa memberikan
kesan kharismatik yang luar biasa. Ditambah lagi rambut tipis yang mulai
memutih. Secara keseluruhan penampilannya ini tergolong rapi.
Dengan
gaya berjalannya yang seperti orang terburu-buru-padahal tidak, beliau memasuki
kelas mengucap salam dengan nada umumnya orang-orang masuk ruangan atau masuk
ke rumah, tidak seperti guru yang akan mengajar di kelas. Kemudian beliau
meletakkan daftar hadir di meja guru dan langsung menulis di papan tulis tanpa
duduk terlebih dahulu. Anda tahu apa yang guru saya ini tulis? Beliau menulis
materi bab pertama mata pelajaran Ekonomi di kelas XI. Setelah selesai, beliau
menjelaskan materi tersebut dengan lugas dan jelas walapun suaranya agak pelan.
Anak-anak di kelas diam, mendengarkan dengan seksama. Setelah selesai
menjelaskan, beliau berinteraksi dengan murid nya seperti guru pada umumya.
Kemudian memeriksa kehadiran dan keluar kelas, mengucap salam dengan nada dan
intonasi yang sama ketika masuk ke
kelas. Kesan pertama yang unik bukan? Ternyata beliau adalah guru mata
pelajaran Ekonomi dan Akuntasi. Beliau ini yang dipanggil “Pak Imut” oleh kakak
– kakak kelas, pak Nuryanto namanya. Usia beliau saat itu 51 tahun. Beliau juga
merupakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum kala itu.
Ketika
mengajar, beliau selalu memastikan apakah setiap peserta didik memahami materi
yang disampaikan atau tidak. Beliau menyampaikan materi dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh anak didik seusia saya waktu itu. Ketika mata pelajaran
Akuntansi, beliau memperbanyak latihan soal dan diulang-ulang dengan model soal
yang berbeda-beda, kemudian diperiksa satu persatu jawaban dari masing-masing muridnya.
Sehingga anak didiknya merasa diperhatikan dan nyaman berada di kelas, apalagi dengan
bahasa beliau yang komunikatif dan akrab
sekali. Beliau juga sering memberikan rumus-rumus cara cepat agar anak didiknya
mudah menghafal dan memahami materi yang disampaikan.
Pak
Imut ini di mata saya adalah sosok guru yang kompeten. Beliau memiliki
kepribadian yang baik, ramah, murah senyum dan sederhana. Ketika ada anak didik
yang melanggar aturan, beliau menanggapinya secara tegas. Selain beliau
menguasai mata pelajaran yang beliau ajarkan, beliau merupakan sosok guru yang
religius. Di luar kelas, beliau sosok yang mencintai lingkungan. Beliau sadar
akan pentignya kebersihan lingkungan. Pernah suatu saat saya melihat beliau
menyapu di depan ruang kelas. Beliau juga tidak segan untuk memungut sampah
yang berserakan dan dibuang ke tong sampah. Walaupun jabatan beliau saat iru
adalah Wakil Kepala Sekolah, namun beliau tetap mau membaur dengan
murid-muridnya. Di luar kelas tak jarang beliau menjadi tempat curhat bagi
murid-muridnya, baik laki-laki maupun perempuan. Beliau menjadi guru, ayah dan
sahabat bagi murid-muridnya.
Yang
membuat saya terinspirasi lagi adalah beliau selalu memberikan nilai – nilai
religi di setiap pertemuan. Tidak banyak guru yang menyelipkan nilai – nilai
agama ketika mengajar. Beliau selalu
mengingatkan kepada anak didiknya dalam hal ibadah. Bahkan setiap pukul 03.00
wib, setiap hari beliau menyempatkan waktu membangunkan hampir semua anak didik
yang beliau ajar via sms untuk sholat malam sampai sekarang. Hal ini juga
beliau lakukan kepada anak didik beliau yang sudah lulus. Sampai sekarang
komunikasi saya dengan beliau tetap
terjaga. “Guru, digugu lan ditiru”, kalimat ini cocok sekali menggambarkan
sosok Pak Imut, guru inspiratif dalam kehidupan saya.
Referensi :
(judul artikel “Pengertian Guru menurut Bahasa dan Istilah”)
iwanmuljono.blogspot.com/2012/06/memahami-kerata-basa.html?=1
(judul artikel “Memahami Kerata Basa”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar