Kamis, 17 Desember 2015

MAKALAH SEJARAH DUNIA “TURKI UTSMANI”


 MAKALAH SEJARAH DUNIA
TURKI UTSMANI”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Sejarah Dunia
Dosen Pembimbing: Prof. Budi Sulistiono,M.Hum





Disusun oleh :

ST. LUSI SUSWANTI
  1113015000009

Kelas 5B

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dinasti Abbasiyah  di Baghdad adalah salah satu dinasti besar  pada masanya, selain itu Islam juga mengalami kemajuan yang pesat. Namun setelah Dinasti Abbasiyah runtuh, Islam mengalami kemunduran yang cukup drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memeranggi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun Islam bangkit kembali setelah munculnya tiga kerajaan besar yaitu Turki Utsmani, Kerajaan Mongol di india dan Kerajaan Safawi di Persia. Diantara tiga kerajaan tersebut, kerajaan Turki Utsmani lah yang merupakan kerajaan terbesar.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.     Bagaimana latar belakang berdirinya kerajaan Turki Utsmani?
2.     Siapa saja tokoh-tokoh yang pernah berkuasa di kerajaan Turki Utsmani?
3.     Bagaimana masa kejayaan Turki Utsmani berlangsung?
4.     Apakah yang menyebabkan Turki Utsmani mengalami keruntuhan?

C.    TUJUAN
1.     Dapat menegtahui latar belakang berdirinya kerajaan Turki Utsmani
2.     Dapat mengetahui tokoh-tokoh yang pernah berkuasa dan berpengaruh di kerajaan Turki Utsmani
3.     Dapat menegatahui seperti apa masa kejayaan kerjaan Turki Utsmani
4.     Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Turki Utsmani
5.     Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah sejarah dunia


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Berdirinya Turki Utsmani

Sejarah Turki Usmani tidak bisa lepas dari persentuhan dengan barat. Momentum pertama kontak antara Turki dengan dunia barat ialah jatuhnya kota Konstatinopel, ibukota Bizantium ketangan pasukan Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih pada tahun 1453. Inilah titik awal massa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 sebelum akhirnya jatuh karena ekspansi barat dalam merebut wilayah kekuasaan Turki dan berkembangnya ideology yang terus menggerogoti kerajaan Turki Usmani.
Perang dunia ke-1 abad ke 19 melahirkan gerakan Turki muda yang terjadi ketika kolonialisme barat menguasai wilayah Turki. Ide-ide barat mulai masuk dalam aspek  mencari format pemerintahan yang konstutisional hingga Mustafa Kemal Attaturk menggagas nasionalisme demi memerdekakan Turki dari ekspansi Barat. Memang biacar tentang Turki tidak bisa terlepas dari founding father Turki modern. Mustafa Kemal Attatruk beliau mendirikan Negara Republik Turki diatas puing-puing reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip pembaharuannya Westwenelisme, Sekularisme, dan Nasioalisme.
Perlu dipahami, Sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekulerisasinya berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan dalam soal politik. Yang pertama ditentangnya adalah ide negara Islam dan pembentukan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Namun, negara tetap menjamin kebebasan beragama bagi rakyat.
Terlepas dari sikap kemal Attaturk yang menelanjangi simbol-simbol islam, sebenarnya ia tidaklah bermaksud menyirnakan Islam dari masyarakat Turki, yang mereka kehendaki adalah de-ideology Islam, yaitu memisahkan kekuasaan (lembaga) Isalam dari bidang politik dan pemerintahan. Sebab ideologisasi Islam yang pernah dikembangkan penguasa Turki Usmani dan mampu mengantarkan Turki Usmani pada puncak kejayaannya dinilai pada pembeharu Turki tidak cukup efektif lagi untuk mendongkrak kelumpuhan Turki Usmani dalam menghadapi barat. Oleh karena itu, langkah ini adalah langkah terbaik yang dapat mereka tempuh dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam di Turki.
Kerajaan Turki Usmani juga muncul ketika Islam mengalami masa kemunduran ditandai dengan jatuhnya Abbasiyah di Baghdad. Namun, Turki Usmani dikatakan sebagai kerjaan yang paling berpengaruh dan membangkitkan peradaban Islam setelah kemunduran Islam. Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama enam abad sekaligus menjadi kekuatan Islam paling besar kala itu. Kerajaan turki Usmani adalah warisan kepemimpinan Erthrogul. Usman memproklamirkan kemerdekaan atas daerah yang diduduki setelah kerajaan Saljuk terpecah-pecah akibat serangan dari bangsa Mongol. Sebelum itu, bangsa Turki dari khabilah oghuz dibawah pimpinan Erthogrul menetap di Asia Tengah dibawah serangan-serangan bangsa Mongol. Pada abad ke-13 bangsa Turki dari khabilah oghuz melarikan diri ke Asia kecil (Bangsa Turki Saljuk) dibawah pimpinan Al-Thugril dan mengabdikan diri kepada Sultan Aliudin II. Kemunculan bangsa Turki dari khabilah oghuz membantu Sultan Saljuk memenangkan perang melawan Bizantium. Atas kemenangan tersebut, mereka dihadiahkan sebidang tanah di Asia kecil berbatasan dengan Bizantium.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Iraq. Mereka masuk islam sekitar abad kesembilan atau sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di tengah serangan-serangan mongol abad ke-13 M, mereka melarikan diri kebarat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan Erthrogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baikitu, Alauddin menghadiahkan sebidamg tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizatium. Sejak itu mereka membina wilayah barunya dan memilih syukud sebagai ibu kota.
Erthrogul meninggal dunia tahun1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, usman. Putra Erthrogul inilah yang di anggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memeringtah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagai mana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki  benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, kemudian terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering di sebut juga Usman I.
B.    Tokoh-tokoh Kerajaan Turki Utsmani

Hamka mengemukakan bahwa nama kerjaan Turki Usmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogul Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Turki Usmani berkuasa sejak abad ke-13 sampai abad ke 19. [1] Kepemimpinan Turki Utsmani dibagi menjadi dua periode yaitu :
Periode pertama  (1299 M-1422 M)
Dari awal berdirinya sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada periode ini sultannya adalah :
1.     Usman (1300 M-1326 M)
Usman adalah pendiri kerajaan Turki Usmani. Ia mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300M). Iya banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan kebehasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, dan pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan.
2.     Orkhan (1326 M-1359 M)
Menaklukan Azmir (Smirna)1327 M. Thawalyani 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M, dan Gallipoli 1356 M. Daerah ini bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
3.     Murad I (1359 M-1389 M)
Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Andrinopel (dijadikan sebagai ibukota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Pada saat kepemimpinan Murad I Paus merasa cemas karena kemajuan ekspansi ke wilayah Eropa sangat berkembang sangat pesat. Oleh karena itu Paus mengobarkan semangat perang untuk menghancurkan Turki Usmani.
4.     Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M)
Sultan Bayazid I pengganti Murad satu,ia melanjutkan perjuangan Murad I untuk bisa melawan pasukan kristen Paus. Dan akhirnya bisa menaklukan pasukan sekutu kristen tersebut dan peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Periode kedua (1403 M-1566 M)
Ditandai dengan restorisasi kerajaan percepatan pertumbuhan serta perluasannya yang terbesar. Pada periode ini sultannya adalah :
1.     Muhammad I (1403 M-1421 M)
Dapat menyatukan Turki Usmani kembali karena setelah meninggalnya Sultan Bayazid I Turki Usmani mengalami kemunduran karena disini putranya saling berebut kekuasaan dan saling terjadi pertikaian. Dan Muhammad I juga berhasil mengambil wilayah yang sempat di ambil oleh Timur Lenk.
2.     Murad II ( 1421 M-1451 M)
Dipandang Eropa sebagai penguasa yang tidak berbahaya karena usianya yang masih sangat muda, dan ia terlebih dahulu melakukan konsolodasi kedalam sebelum melakukan perluasan wilayah.
3.     Sultan Muhammad Ali Fath (1451 M-1512M)
Dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstatinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstatinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa.
4.     Sultan Salim I (1512 M-1520 M)
Sultan Salim memiliki kemampuan memerintah dalam memimpin peperangan. Ia mengalihkan perhatian ketimur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir.
5.     Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 M-1566 M)
Daerah ekspansinya Asia kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yogoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah itu.[2]
C.    Masa Kejayaan Turki Utsmani

Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluas, ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M di jadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726H/1326 M-726 H/1359 M) kerajaan Turki Usmani ini dapatmenaklukan Azmir (Semirna) tahun 1327  M, Thawasyanli (1300 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli ( 1356 M). Daerah ini adalah bagian dari benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani. Ketika Murtad I, pengganti Orkhan,berkuasa (761 H-789 H), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan ke benua Eropa . Ia dapat menaklukan Adrianopel yang kemudian menjadikanya sebagai benua ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar sekutu Eropa di persiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini di pimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murtad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi di arahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang di pimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara  tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayzid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu berakibat buruk bagi Turki usmani. Penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah serbia dan bulgaria memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra balyazid saling berebut kekuasaan . suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, Kesultanan Mongol dipecah dan dibagi kepada putra-putranya yang satu sama lain berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman) Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad pertama kali mengadakan  perbaikan-perbaikandan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan Murtad II (1421-1451 M) , sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau bisa di sebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M). Sultan Muhammad Al-Fatih dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani kebenua Eropa. Akan tetapi ketika Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke Timur denggan menaklukan Persia, Syria, dan dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke satu arah timur atau barat,tetapi seluruh wilayah sekitar Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukan Irak, Bekgrado, pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Muhammad Sulaiman mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hajez,dan Yaman, Mesir, Libia, Tunis,dan Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
Secara garis besar masa kejayaan kerajaan Turki Utsmani terbagi dalam beberapa bidang, diantaranya adalah:
1.     Bidang Kemiliteran
Keberhasilan Khalifah Turki Usmani memperluas kekuasaan keberbagai wilayah yang begitu luas ditentukan oleh militernya yang tangguh. Kekuatan militer Turki terletak pada mesin perangnya bernama Jenissary dan inkisyariyah. Faktor utama yang mendorong kemajuan di bidang militer adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai di organisasi dengan baik dan teratur ketika  terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengoranisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berati.
2.     Bidang kebudayaan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpadaun bermacam-macam kebudayaan, di antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Orang-orang Turki Usmani  memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan menerima kebudayaan luar.
3.     Bidang IPTEK
Kerjaaan Turki Usmani kurang berhasil dalam IPTEK disebabkan hanya mengutamakan kekuatan militer. Kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi Kerajaan Turki Usmani ada kaitannya dengan metode berpikir yang kolot dan tradisional, dikalangan ulama mereka cenderung menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf.
4.     Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerjaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Yang tak kalah pentingnya dalam masalah keagamaan di Turki Usmani adalah perkembangan terekat. Nama terekat yang mengalami kemajuan adalah tarekat Bektasyi dan terekat Maulawi. Menariknya kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Terekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissary, sehingga mereka sering disebut sebagai tentara Bektasyi. Sementara terekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.[3]
5.     Kemajuan seni dan arsitektur
Kemajuan seni dan arsitektur dapat dilihat dari bangunan-bangunan besar yang bernilai artistik, terutama bangunan masjid. Salah satunya adalah masjid Aya Sophia yang dahulunya gereja. Masjid lainnya yang juga angat artistik adalah masjid Raya Sultan Muhammad Al-Fatih dan juga masjid Abu Ayyub al-Anshary. Masjid yang terkahir ini biasa digunakan sebagai tempat pelantikan sultan-sultan Usmani yang baru.[4]
D.    Penyebab Keruntuhan Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Usmani mulai memasuki masa kemunduran pada abad ke-17 Masehi, yang ditandai dengan kekalahan militernya dalam mengahadapi dunia Kristen Barat. Bahkan, gejala awal dari kemunduran itu mulai tampak sejak akhir abad ke-16 M yang ditandai dengan kelemahan para sultan dalam mengendalikan negara. Sepeninggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Turki Usmani telah jatuh ketangan Sultan-sultan yang lemah. Sultan Salim II lyang merupakan pengganti langsung dari sultan Sulaiman Al-Qanuni adalah figur yang lemah. Ia adalah tipe sultan Kerajaan Turki Usmani yang tidak disukai rakyatnya. Karena pemabuk, ia menyerahkan semua urusan negara kepada Mentri Besar Sokoli.[5] Secara singkat, faktor yang menyebabkan kemunduran Turki Utsmani adalah sebagai berikut:

a.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administarsi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerjaan tidak beres. Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas. Sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa.
b.     Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani di perintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menajdi kacau. Kekacauan ini tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
c.      Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi ebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
d.     Krisis ekonomi
Ketidaksetabilan politik Kerajaan Turki Usmani memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi negara. Akibat perang yang tak pernah berhenti, perokonomian merosot, pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar termasuk biaya perang.Krisis keuangan timbil sejak 1580 M yang disebabkam oleh perak Amerika yang berharga murah membanjiri kerajaan Usmani. Nilai mata uang menjadi turun dan harga barang menjadi naik.
e.      Perang yang berkesinambungan
Perang yang berkesinambungan menyebabkan menelan banyak korban jiwa, dan harta benda yang tidak sedikit. Perang yang berkepanjangan ini juga selalu ditandai dengan kekalahan demi kekalahan dari pihak tentara Usmani, dan diakhiri dengan perjanjian-perjanjian yang sangat merugikan kerjaan Usmani.[6]
            [7]Selain itu faktor penyebab kemunduran Turki Usmani ini ialah setelah wafatnya Sulaiman al-Qonuni. Hal ini di sebabkan banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggaldiantaranya perebutan kekuasaan antara putra beliau, selain itu juga melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan dan dalam sistem ekonomi mereka semakin  memburuk serta sistem pemerintahannya tidak berjalan dengan semestinya.                                                                                                  Faktor-faktor yang diatas  menyebabkan kemunduran Turki Usmani, ada juga beberapa faktor lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1)     Faktor Internal
Faktor-faktor  penyebab yang terjadi di dalam ialah:
a.      Luasnya wilayah kekuasaan
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi di daerah Kerajaan Usmani menyebabkan pemerintah merasa kewalahan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca-pemerintahan Sultan Sulaiman. Pada pemerintahan ini seluruh administrasi menjadi tidak teratur dan keperintahan baru ini lebih mengutamakan berekspansi lagi di bandingkan menata sistem kepemerintahannya sehingga menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah diserang dan direbut oleh musuh, sehingga sebagian wilayah berusaha untuk melepaskan diri.
b.     Ledakan jumlah penduduk
Perubahan mendasar yang terjadi pada Kerajaan Utsmani ini ialah membeludaknya jumlah penduduk, jumlah penduduk di Kerajaan Turki Utsmani pada abad ke-16 bertambah  2 kali lipat dari sebelumnya. Masalah membeludaknya jumlah penduduk di Kerajaan Utsmani ini disebabkan oleh tingkatnya jumlah penduduk dengan sedemikian tinggi dan ditambah kurangya angka kematian akibat masa damai dan aman yang diciptakannya kerajaan aerta menurunnya frekuensi penaklukan.
c.      Heterogenitas penduduk
Dari banyak dan ragamnya penduduk, administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi, Kerajaan Usmani pasca-Sulaiman tidak cakap dalam administrasi pemerintahan ditambah lagi dengan pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang buruk.
d.     Kelemahan para penguasa dan sistem demokrasi
Sepeninggalan Sulaiman terjadi pergantian kepemimpinan, tetapi setelah ditinggalkan oleh Sulaiman di kepemerintahan yang baru ini tidak pandai menata sistem kepemerintahannya dan juga tidak paham dengan militer sehingga menyebabkan kekacauan dan susah teratasi.
e.      Budaya pungli
Budaya pungli telah merajalela sehingga mengakibatkan dekadensi moral, terutama dikalangan para pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan.
f.      Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari ini terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M. Pihak Jenissari ini tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi. Keberadaanya didominasi oleh keturuna dan golongan tertentu yang mengakibatkan ketidak setujuan dan pemberontakan.         
g.     Merosotnya ekonomi
Akibat peperangan secara terus-menerus, biayapun yang semakin membengkak ditambah lagi belanja negara yang sangat besar sehingga perekonomian kerjaan Turki pun merosot.
h.     Rendahnya kualitas keislaman
Rendahnya kualitas  keislaman dikarenakan tidak adanya kesadaran Islam yang benar pada mereka dan tidak adanya pemahaman bahwa Islam merupakan sistem hidup yang sempurna dan mayoritas disana bahwa yang dia ketahui tentang Islam itu hanya sebatas Ibadah.
i.       Mengabaikan Bahasa Arab
Duabaikannya Bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan hadits yang mulia, sedangkan merupakn sumber asasi bagi syariat Islam.
j.       Gonta-ganti pejabat
Pada zaman setelah Sulaiman di kerajaan ini sering menggunta-ganti pemimpin ditakutkan wilayah itu akan memerdekakan diri. Hali ini menyebabkan kurangnya pemahaman pejabat baru terhada wilayah yang dipimpinnya.
2)     Faktor Eksternal
Faktor-faktor  penyebab yang terjadi dari luar ialah sebagai berikut:
a.      Timbulnya gerakan nasionalisme
Bangsa-bangsa yang tunduk terhadapa Kerajaan Utsmani selama bertahun-tahun selam ia berkuasa tetapi negara-negara yang sudah terkuasai oleh Utsmani mulai menyadari kelemahannya, sehingga mereka bangkit untuk melepaskan diri dari Kerajaan Turki Utsmani walaupun kerajaan tersebut sudah bertahun-tahun berbuat baik kepada mereka.
b.     Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnyaq dalam bidang persenjataan
Pada saat itu di Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki selalu menderita kekalahan karena pada saat itu Turki masih menggunalan senjata trdisional sedangkan di Eropa sudah menggunakan senjata modern.
c.      Konspirasi Yahudi menjatuhkan khilafah
Jadi menurut Syaikhul Islam, Musthafa Sabri Mustapa Kamal memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Yahudi, bahlan ia salah seorang dari mereka sebagaiman di kuatkan oleh anggota lembaga itthadiyyah dan kamaliyah. Mereka semua mengikuti upacara ritual freemosanry.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Iraq. Mereka masuk islam sekitar abad kesembilan atau sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di tengah serangan-serangan mongol abad ke-13 M, mereka melarikan diri kebarat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan Erthrogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baikitu, Alauddin menghadiahkan sebidamg tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizatium. Sejak itu mereka membina wilayah barunya dan memilih syukud sebagai ibu kota.
Selama kejayaan dinasti ini ada beberapa yang telah berhasil namun diperiode selanjutnya daerah-daerah yang telah dikuasi kembali direbut oleh pihak yang ingin menguasai Turki Usmani, adapun keberhasilan pada masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni. Pada masa Sulaiman kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun nmesjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia. Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Bangsa Turki juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub al-Anshari.
Kemudian pada pada abad ke-17 Masehi, yang ditandai dengan kekalahan militernya dalam mengahadapi dunia Kristen Barat. Bahkan, gejala awal dari kemunduran itu mulai tampak sejak akhir abad ke-16 M yang ditandai dengan kelemahan para sultan dalam mengendalikan negara. Faktor yang menyebabkan keruntuhan Turki Utsmani diantaranya adalah Wilayah kekuasaan yang sangat luas, kelemahan para penguasa, pemberontakan tentara Jenissari, krisis ekonomi dan perang yang tidak ada henti-hentinya.
B.    Saran
Pada masa Turki Utsmani, Islam mengalami kemajuan yang begitu pesat. Pengaruh Islam yang merambah dari wilayah terkecil sampai wilayah besar seperti Eropa merupakan satu pencapaian luar biasa. Untuk itu menjadi tanggung jawab bagi kita sebagai umat muslim untuk tetap menjaga hal tersebut dan tetap berdakwah untuk melebarkan sayap pengaruh Islam. Kemudian saya menyadari bahwa makalah ini masih memilki banyak kekurangan sehingga saya selaku penulis makalah ini dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya.




















Daftar Pustaka
                                             
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Goenandjar, Egin, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Utsmani”, diakses pada 01 November 2015, pukul 15.20 WIB., http://Goenandjar.blogspot.co.id/2014/03/kemunduran-dan-kehancuran-kerajaan.html?m=1
Kusdiana, Ading. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2013
Saepudin, Didin. Sejarah Peradaban Islam Cetakan I. Jakarta: UIN Jakarta, 2007
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008




[1] Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam Cetakan I, Jakarta: UIN Jakarta, 2007, hlm.248
[2] Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm.130-133

[3] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008, hlm.167
[4] Yatim Badri, op.cit, hlm. 133-137
[5] Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2013, hlm. 144
[6] Yatim Badri, op.cit, hlm. 167-168
[7]Egin Goenandjar, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Utsmani”, http://Goenandjar.blogspot.co.id/2014/03/kemunduran-dan-kehancuran-kerajaan.html?m=1, diakses pada 01 November 2015, pukul 15.20 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar